Teori Terbentunya Alam Semesta
Teori terbentuknya alam semesta telah di kaji
dan di pelajari oleh para ilmuan ahli astronomi semenjak dahulu, Manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang berlakal, mempunyai nafsu dan sebagai
penghuni alam semesta selalu ingin tahu untuk mencari penjelasan tentang makna
dari hal-hal yang terjadi, termasuk dalam hal astronomi.
Pengertian alam
semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos seperti berikut :
- Mikrokosmos : benda-benda alam yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil. misal ; electron, atom, amuba, dll
- Makrokosmos :
benda-benda alam yang mempunyai ukuran yang sangat besar. misal ; planet,
bintang, galaksi, dll
Adapun beberapa teori terbentuknya alam
semesta munurut para pakar astronomi adalah sebagai berikut :
1.
Teori Nebule
atau teori kabut, yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1749-1827) dan Piere Simon de Laplace (1796).
Matahari dan planet berasal dari sebuah
kabut pijar yang berpilin di
dalam jagatraya, karena
pilinannya itu berupa kabut yang membentuk bulat seperti bola yang besar, makin
mengecil bola itu makin cepat putarannya. Akibatnya bentuk bola itu memepat
pada kutubnya dan melebar di bagian equatornya bahkan sebagian massa dari kabut
gas menjauh dari gumpalan intinya dan membentuk gelang-gelang di sekeliling
bagian utama kabut itu, gelang-gelang itu kemudian membentuk gumpalan padat
inilah yang disebut planet-planet dan satelitnya. Sedangkan bagian tengah yang
berpijar tetap berbentuk gas pijar yang kita lihat sekarang sebagai matahari.
Teori kabut ini telah dipercaya orang
selama kira-kira 100 tahun, tetapi sekarang telah benyak ditinggalkan karena:
(1) Tidak mampu memberikan jawaban-jawaban
kepada banyak hal atau masalah di dalam tata surya kita
(2) Karena munculnya banyak teori baru yang
lebih memuaskan.
2.
Teori Planetesimal, Thomas C.
Chamberlin (1843-1928) seorang ahli geologi dan Forest R. Moulton (1872-1952)
seorang astronom.
Disebut
Planetesimal yang berarti planet kecil karena planet terbentuk dari benda padat
yang memang telah ada. Matahari telah ada sebagai salah satu dari
bintang-bintang yang banyak, pada satu waktu ada sebuah bintang yang berpapasan
pada jarak yang tidak terlalu jauh akibatnya terjadi pasang naik antara
matahari dan bintang tadi. Pada waktu bintang itu menjauh sebagian massa dari matahari
itu jatuh kembali ke permukaan matahari dan sebagian lain berhamburan di
sekeliling matahari inilah yang disebut dengan planetesimal yang kelak kemudian
menjadi planet-planet yang beredar pada orbitnya dan mengelilingi matahari.
3 .
Teori Pasang Surut, Sir James Jeans
(1877-1946) dan Harold Jeffreys (1891) keduanya dari Inggris, teori ini hampir
sama dengan teori Planetesimal.
Setelah bintang itu berlalu dengan
gaya tarik bintang yang besar pada permukaan matahari terjadi proses pasang
surut seperti peristiwa pasang surutnya air laut di bumi akibat gaya tarik
bulan. Sebagian massa matahari itu membentuk cerutu yang menjorok kearah
bintang itu mengakibatkan cerutu itu terputus-putus membentuk gumpalan gas di
sekitar matahari dengan ukuran yang berbeda-beda, gumpalan itu membeku dan
kemudian membentuk planet-planet.
Teori ini menjelaskan mengapa
planet-planet di bagian tengah seperti Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus
merupakan planet raksasa sedangkan di bagian ujungnya merupakan planet-planet
kecil. Kelahiran kesembilan planet itu karena pecahan gas dari matahari yang
berbentuk cerutu itu maka besarnya planet-planet iti berbeda-beda yang terdekat
dan terjauh besar tetapi yang di tengah lebih besar lagi.
4.
Teori Awan Debu, dikemukakan oleh Carl
von Weizsaeker (1940) kemudian disempurnakan oleh Gerard P Kuiper (1950).
5.
Teori Bintang Kembar
Teori ini hampir sama dengan teori planetesimal. Dahulu
matahari mungkin merupakan bintang kembar,kemudian bintang yang satu meledak
menjadi kepingan-kepingan.Karena ada pengaruh gaya gravitasi bintang,maka
kepingan-kepingan yang lain bergerak mengitari bintang itu dan menjadi
planet-planet.Sedangkan bintang yang tidak meledak menjadi matahari.
6.
Teori Ledakan (Big Bang), George
Gamow, Alpher dan Herman.
Alam pada saat itu belum merupakan
materi tetapi pada suatu ketika berubah menjadi materi yang sangat kecil dan
padat, massanya sangat berat dan tekanannya besar, karena adanya reaksi inti
kemudian terjadi ledakan hebat. Massa itu kemudian berserak dan mengembang
dengan sangat cepat menjauhi pusat ledakan dan membentuk kelompok-kelompok
dengan berat jenis yang lebih kecil dan trus bergerak, menjauhi titik pusatnya.
Dentuman
besar itu terjadi ketika seluruh materi kosmos keluar dengan kerapatan yang
sangat besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam
semesta lahir dari singularitas fisis dengan keadaan ekstrem. Teori Big Bang
ini semakin menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini pada awalnya tidak ada
tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan.
Bukti penting lain bagi Big Bang
adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian,
diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan
perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big
Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu
kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah
menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini
menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang
adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam
semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha
Perkasa dengan sempurna tanpa cacat.
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (QS.
Al-Mulk, 67:3)”
0 komentar:
Posting Komentar